Jumat, 15 Januari 2010

Sebuah Wawancara : Mengapa Thufail Al Ghifari menolak wawancara media asing.

Awalnya adalah kehadiran Thufail Al Ghifari bersama Ombat Tengkorak dalam wawancara rubrik inspirasi di Majalah Islam Sabili EDISI NO.13 / THN XVII COVER : Dengan Headline 2010 PROGRAM MENGHANCURKAN NEGERI ISLAM dan Topik Pembahasan : 'UNDERGROUND PUN MENGGEMPUR ZIONIS'.

Wawancara Majalah Sabili ini telah membuat redaksi Sabili menerima banyak reaksi baik via telp ataupun email. Tiba - tiba pada Kamis, 14 Januari 2010. Dua orang wanita asing hadir di majalah Sabili untuk mencari tahu siapa sosok Ombat Nasution dan Thufail Al Ghifari.Mereka berulang - ulang kali mondar mandir Majalah Sabili untuk mencari tahu cara mengontak dan mewawancara Kedua tokoh musisi ini.

Sore hari, menurut konfirmasi managemen The Roots Of Madinah, Thufail Al Ghifari menerima sms dari seorang sahabatnya di Majalah Sabili. Yang memberitahukan mengenai kehadiran dua orang dari media asing itu, sekaligus juga menanyakan kesediaan Thufail Al Ghifari untuk bertemu.

Namun Thufail Al Ghifari secara pribadi menolak untuk diwawancarai oleh kedua orang asing itu. Salah satu alasannya kata thufail al ghifari

"Ntar tunggu tembok blokade Israel di Jalur Gaza Di Hancurkan Sendiri Oleh Negara Israel Baru gw mau di wawancara sama makhluk makhluk yahudi itu" Begitu jawab Thufail sederhana.



Berikut wawancara sederhana dan singkat kami dengan Thufail Al Ghifari mengenai hal ini :

Berandalan Puritan (BP): Halo, Assalammualaikum...apa kabar Thufail ?

Thufail Al Ghifari (TAG):
Walaikumsalam, alhamdulillah baik..

BP: Sedang sibuk apa sekarang?

TAG :
Sibuk kerja, ngurus keluarga, ngeband, sholat, nongkrong, baca buku, ah banyaklah..

BP : Benar anda menolak tawaran wawancara dengan media luar negeri?

TAG :
sebenarnya belum bisa dipastikan mereka itu mau wawancara atau tidak. Tapi memang sepertinya dari Media. Sejak liputan dan wawancara Sabili dengan gue dan Bang Ombat. Memang banyak reaksi dan sorotan terhadap artikel yang dibuat oleh Adhes Satria tersebut. Dan gue sendiri bingung kalau sampai dua bule itu sampai segitunya..ya biasa aja sih gue nanggepinnya..

BP :
Apa alasan anda menolak permintaan interview mereka?

TAG : ini lebih kepada gue emang ngak mau sembarangan terima tawaran media, sebelumnya ada orang mengatasnamakan TRANS TV juga ngontak gue, minta wawancara masalah nasyidlah, musik perlawananlah dan sebagainya. tapi gue males nanggepinnya..karena semua itu ngak berefek apa - apa ke dalam tujuan dan harapan perubahan yang menjadi cita - cita dari movemen gue dan kawan - kawan gue.

BP : Tapikan anda sendiri disisi lain menerima permintaan Sabili untuk wawancara? bukankah majalah Sabili juga media?

TAG : gue ngak dibayar sepeserpun sama Sabili, dan gue mau diwawancara sama Sabili murni karena rasa respek gue ke Bang Herry Nurdi dan Adhes Satria yang memang udah gue kenal dan paham ketulusan perjuangan mereka insya Alloh. kalau ngak ada mereka di Sabili maka gue akan pernah mau di wawancara lagi di majalah itu.

BP : Kenapa begitu?

TAG : gmana ya..agak ngejelimet jelasinnya. Gue paham media islam, mereka berjuangnya juga empot empotan. Gue pernah jadi kepala keuangan disebuah penerbit buku, setiap tanggal 20-an tiap bulan pasti direktur gue udah mulai pusing mikirin persiapan gajian karyawan. Begitupun dengan majalah majalah dan koran koran Islam. Sebenarnya yang gue paham dari pengalaman gue. Media Islam itu juga empot empotan dalam membiayai keberlangsungan hidup mereka..bisa dibilang hidup segan mati tak mau.

Gue paham Sabili, walau ada beberapa orang yang gue sendiri mempertanyakan keberadaan mereka di dalamnya. Tapi gue pikir daripada gue hadir di majalah majalah musik ngak jelas juntrungannya, dan akhirnya harus bikin komunitas dan penikmat musik gue beli majalah yang harganya bisa sampai 30.000 sampai 50.000 ribu rupiah padahal isinya ngak berbobot sama sekali, cuma modal cetakan reparasi doang, mending gue biasain orang kenal majalah majalah Islam. Gue juga selektif untuk nerima permintaan wawancara. Buat gue wawancara di Sabili itu murni sinergitas kepentingan. dan Saling menguntungkan baik buat pihak Sabili maupun buat kepentingan gue dan komunitas gue. Hingga saat ini saya tidak merasa dirugikan.

BP : Terus bukankah dengan diwawancara media asing itu akan memberikan keuntungan juga? seperti dengan membuat komunitas anda lebih dikenal luas?

TAG : nah itu yang ngak penting! saya sudah bilang saya selektif. Kalau Sabili saya paham internalnya minimal sosok Herry Nurdi dan kawan - kawan. Jadi saya punya jaminan ini bukan eksploitasi buta. Sedangkan untuk media lain saya perlu bargaining. Kalau media asing mau wawancara saya apa tujuannya? kalau tujuannya untuk bikin saya tenar? walah...itu mah udah butut! Saya tidak butuh mereka, tapi mereka yang butuh saya untuk jadi bahan berita. Minimal untuk cari informasi mengenai saya dan kawan - kawan saya...sorry ngak semudah itu.

BP : apa selamanya kalian akan menolak wawancara dengan media media seperti itu?

TAG :
selama tidak menguntungkan saya dan kawan - kawan saya, ya tidak akan pernah.

BP :
Menguntungkan dalam hal apa maksudnya?

TAG : Banyak, bisa propaganda, publisitas bahkan finansial. contoh di Sabili, saya mengambil kesempatan itu, karena pertimbangan sudah waktunya Berandalan Puritan sedikit mengeluarkan taringnya. Dan disisi lain saya bisa mendongkrak penjualan Sabili di Edisi tersebut minimal ngalahin media media sampah lainnya. itu baru salah satu hal yang menguntungkan..toh dengan larisnya majalah Sabili di Edisi tersebut itu akan membantu kelancaran finansial dan Alhamdulillah bisa gajian lebih cepat deh saudara muslim gue di Sabili hahahahahaha....

Nah kalau medianya yang gue ngak kenal, gue ngak paham, murni cuma manfaatin gue jadi komoditas berita. wah disini gue bicara keuntungan finansial...hahaha..

BP :
Maksudnya keuntungan Finansial?

TAG : Ya iyalah..kalau mau bicara popularitas? wah gue ngak butuh mereka..jadi kalau mereka ngejar ngejar gue buat wawancara itu namanya mereka butuh gue. Berarti mereka harus bayar gue...pakai duit! bukan pakai jabat tangan doang..

BP : Kok jadi komersil begitu?

TAG : ini bukan komersil, ini masalah sama - sama menguntungkan. Contoh seperti dua orang bule yang mondar mandir majalah Sabili tadi. Apa coba kepentingan dia nyariin gue? bisa jadi dia bilang mau wawancara, tapi kalau ternyata cuma mau ngorek ngorek ngak jelas siapa dan bagaimana gue kan bisa aja.

Gue juga belajar dari wawancara Bang Ombat Tengkorak di Film Dokumenter GLOBAL METAL. Wawancara Ombat yang sebegitu panjangnya ternyata pas udah jadi Film cuma diambil sepotong sepotong. Akhirnya Pesan yang ingin disampaikan Ombat tentang Zionisme di film itu jadi mentah dan malah bikin salah paham. Atau mungkin yahudi yang wawancara Bang Ombat udah terlanjut panas duluan kali ya..hahahaha...

Jadi ngak salah dong, kalau ada media siapapun dia yang mau wawancara gue, terus gue minta bayaran contoh seperti dua bule tadi. ya minimal dia harus bayar gue 25 juta untuk 15 menit wawancara. jadi kalau satu jam dia bayar gue 100 juta. Buat gue itu fair, toh gue juga jadi komoditas bisnis merekakan? gue jadi bahan berita yang bisa mereka jual. karena mereka ngak boleh dapetin bahan itu gratis..mereka harus bayar! hahahaha...seperti pesan Abdullah Azzam..Jihad membutuhkan dana!

lumayankan..30 Juta buat bikin acara metal, 10 juta modal bisnis gue, 10 juta buat bantuin bayar hutang temen temen dekat, 50 juta buat kirim ke Palestina buat modal HAMAS dan JIHAD ISLAM bikin bom dan roket buat lawan Israel. hahahahaha....kalau wawancara gratisan gue dah males...ngak nafsu lagi gue...hahahahaha

BP : Di Dalam wawancara Sabili itu disebutkan nama band GunXRose? bukankah GunXRose itu band anti media? apakah GunXrose sudah berubah?

TAG :
itu tanya langsung ke GunXRose. Tapi yang saya pahami, GunXrose tidak pernah diwawancara oleh Sabili dan media manapun. Kalau memang nama mereka disebutkan itu murni hasil investigasi tim Sabili di lapangan. GunXRose is Rules! mereka tidak berubah!...Mereka Icon Berandalan Puritan!

BP :
oke kalau begitu thanks buat wawancaranya om. wassalamualaikum

TAG : Sama - sama..walaikumsalam...

sumber